Senin, 25 April 2011

Sejarah Suku Simalungun

Terdapat berbagai sumber mengenai asal usul Suku Simalungun, tetapi sebagian besar menceritakan bahwa nenek moyang Suku Simalungun berasal dari luar Indonesia.
Kedatangan ini terbagi dalam 2 gelombang :

1. Gelombang pertama (Proto Simalungun), diperkirakan datang dari Nagore (India Selatan) dan pegunungan Assam (India Timur) di sekitar abad ke-5, menyusuri Myanmar, ke Siam dan Malaka untuk selanjutnya menyeberang ke Sumatera Timur dan mendirikan kerajaan Nagur dari Raja dinasti Damanik.

2. Gelombang kedua (Deutero Simalungun), datang dari suku-suku di sekitar Simalungun yang bertetangga dengan suku asli Simalungun.
Pada gelombang Proto Simalungun di atas, Tuan Taralamsyah Saragih menceritakan bahwa rombongan yang terdiri dari keturunan dari 4 Raja-raja besar dari Siam dan India ini bergerak dari Sumatera Timur ke daerah Aceh, Langkat, daerah Bangun Purba, hingga ke Bandar Kalifah sampai Batubara.
Kemudian mereka didesak oleh suku setempat hingga bergerak ke daerah pinggiran danau Toba dan Samosir.
Terbentuknya Simalungun
Pada kerajaan Nagur di atas, terdapat beberapa panglima (Raja Goraha) yaitu masing-masing bermarga:
• Saragih
• Sinaga
• Purba
Kemudian mereka dijadikan menantu oleh Raja Nagur dan selanjutnya mendirikan kerajaan-kerajaan:
• Silou (Purba Tambak)
• Tanoh Djawa (Sinaga)
• Raya (Saragih)

Selama abad ke-13 hingga ke-15, kerajaan-kerajaan kecil ini mendapatkan serangan dari kerajaan-kerajaan lain seperti Singhasari, Majapahit, Rajendra Chola (India) dan dari Sultan Aceh, Sultan-sultan Melayu hingga Belanda.
Selama periode ini, tersebutlah cerita “Hattu ni Sapar” yang melukiskan kengerian keadaan saat itu di mana kekacauan diikuti oleh merajalelanya penyakit kolera hingga mereka menyeberangi “Laut Tawar” (sebutan untuk Danau Toba) untuk mengungsi ke pulau yang dinamakan Samosir yang merupakan kependekan dari Sahali Misir (bahasa Simalungun, artinya sekali pergi).

Saat pengungsi ini kembali ke tanah asalnya (huta hasusuran), mereka menemukan daerah Nagur yang sepi, sehingga dinamakanlah daerah kekuasaan kerajaan Nagur itu sebagai Sima-sima ni Lungun, bahasa Simalungun untuk daerah yang sepi, dan lama kelamaan menjadi Simalungun. (M.D Purba, 1997)

Kehidupan masyarakat Simalungun
Sistem mata pencaharian orang Simalungun yaitu bercocok tanam dengan jagung, karena padi adalah makanan pokok sehari-hari dan jagung adalah makanan tambahan jika hasil padi tidak mencukupi. Jual-beli diadakan dengan barter, bahasa yang dipakai adalah bahasa dialek. “Marga” memegang peranan penting dalam soal adat Simalungun. Jika dibandingkan dengan keadaan Simalungun dengan suku Batak yang lainnya sudah jauh berbeda. Di Tapanuli sudah berdiri sekolah-sekolah, rumah sakit, dan sekolah-sekolah keterampilan lainnya sehingga sistem kehidupan Tapanuli lebih maju.
Kepercayaan

Patung Sang Budha menunggang Gajah koleksi Museum Simalungun, yang menunjukkan pengaruh ajaran Budha pada Masyarakat Simalungun.
Sebelum masuknya Misionaris Agama Kristen dari RMG pada tahun 1903, penduduk Simalungun bagian timur pada umumnya sudah banyak menganut agama Islam sedangkan Simalungun Barat menganut animisme. Ajaran Hindu dan Budha juga pernah mempengaruhi kehidupan di Simalungun, hal ini terbukti dengan peninggalan berbagai patung dan arca yang ditemukan di beberapa tempat di Simalungun yang menggambarkan makna Trimurti (Hindu) dan Sang Budha yang menunggangi Gajah (Budha).

Bila diselidiki lebih dalam suku Simalungun memiliki berbagai kepercayaan yang berhubungan dengan pemakaian mantera-mantera dari “Datu” (dukun) disertai persembahan kepada roh-roh nenek moyang yang selalu didahului panggilan kepada Tiga Dewa, yaitu Dewa di atas (dilambangkan dengan warna Putih), Dewa di tengah (dilambangkan dengan warna Merah), dan Dewa di bawah (dilambangkan dengan warna Hitam). 3 warna yang mewakili Dewa-Dewa tersebut (Putih, Merah dan Hitam) mendominasi berbagai ornamen suku Simalungun dari pakaian sampai hiasan rumahnya.
Sistem pemerintahan di Simalungun dipimpin oleh seorang Raja, sebelum pemberitaan Injil masuk Tuan Rajalah yang sangat berpengaruh. Orang Simalungun menganggap bahwa anak Raja itulah Tuhan dan Raja itu sendiri adalah Allah yang kelihatan.

Marga-Marga
Harungguan Bolon
Terdapat empat marga asli suku Simalungun yang populer dengan akronim SISADAPUR, yaitu:
• Sinaga
• Saragih
• Damanik
• Purba
Keempat marga ini merupakan hasil dari “Harungguan Bolon” (permusyawaratan besar) antara 4 raja besar untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan (marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh).

Keempat raja itu adalah:
1. Raja Nagur bermarga Damanik
Damanik berarti Simada Manik (pemilik manik), dalam bahasa Simalungun, Manik berarti Tonduy, Sumangat, Tunggung, Halanigan (bersemangat, berkharisma, agung/terhormat, paling cerdas).
Raja ini berasal dari kaum bangsawan India Selatan dari Kerajaan Nagore. Pada abad ke-12, keturunan raja Nagur ini mendapat serangan dari Raja Rajendra Chola dari India, yang mengakibatkan terusirnya mereka dari Pamatang Nagur di daerah Pulau Pandan hingga terbagi menjadi 3 bagian sesuai dengan jumlah puteranya:
• Marah Silau (yang menurunkan Raja Manik Hasian, Raja Jumorlang, Raja Sipolha, Raja Siantar, Tuan Raja Sidamanik dan Tuan Raja Bandar)
• Soro Tilu (yang menurunkan marga raja Nagur di sekitar gunung Simbolon: Damanik Nagur, Bayu, Hajangan, Rih, Malayu, Rappogos, Usang, Rih, Simaringga, Sarasan, Sola)
• Timo Raya (yang menurunkan raja Bornou, Raja Ula dan keturunannya Damanik Tomok)
Selain itu datang marga keturunan Silau Raja, Ambarita Raja, Gurning Raja, Malau Raja, Limbong, Manik Raja yang berasal dari Pulau Samosir dan mengaku Damanik di Simalungun.

2. Raja Banua Sobou bermarga Saragih
Saragih dalam bahasa Simalungun berarti Simada Ragih, yang mana Ragih berarti atur, susun, tata, sehingga simada ragih berarti Pemilik aturan atau pengatur, penyusun atau pemegang undang-undang.
Keturunannya adalah:
• Saragih Garingging yang pernah merantau ke Ajinembah dan kembali ke Raya.
• Saragih Sumbayak keturunan Tuan Raya Tongah, Pamajuhi, dan Bona ni Gonrang.
Saragih Garingging kemudian pecah menjadi 2, yaitu:
• Dasalak, menjadi raja di Padang Badagei
• Dajawak, merantau ke Rakutbesi dan Tanah Karo dan menjadi marga Ginting Jawak.
Walaupun jelas terlihat bahwa hanya ada 2 keturunan Raja Banua Sobou, pada zaman Tuan Rondahaim terdapat beberapa marga yang mengaku dirinya sebagai bagian dari Saragih (berafiliasi), yaitu: Turnip, Sidauruk, Simarmata, Sitanggang, Munthe, Sijabat, Sidabalok, Sidabukke, Simanihuruk.
Ada satu lagi marga yang mengaku sebagai bagian dari Saragih yaitu Pardalan Tapian, marga ini berasal dari daerah Samosir.

Selasa, 19 April 2011

TEHNIK BUDIDAYA TANAMAN JARAK




Karakteristik inovasi teknologi
          Varietas unggul jarak kepyar yang sudah dilepas adalah Asb 22, Asb 60 dan Asb 81. Ketiga varietas tersebut sesuai untuk daerah kering beriklim kering, masing-masing memiliki potensi produksi 2.500 – 3.200 kg/ha. Tanaman jarak kepyar tumbuh baik pada tanah ringan, yakni lempung berpasir, cukup mengandung bahan organik dan mempunyai drainase serta aerasi baik dengan pH 5 – 6,5. 

Tanaman jarak kepyar tidak tahan genangan air walaupun hanya beberapa hari, selain itu juga tidak tahan pada tanah berkadar garam tinggi. Tanaman ini toleran terhadap kondisi kering sehingga tanaman ini tersebar pada areal bercurah hujan rendah yaitu 300 – 700 mm/tahun. Tanaman ini dapat tumbuh baik pada lahan dengan ketinggian 5 – 450 m d.p.l. Pada saat ini sudah ada 3 varietas jarak kepyar yang sudah dilepas berdasarkan SK Menteri Pertanian yaitu, 1)Asembagus 22 (Asb 22), 2) Asembagus 60 (Asb 60), 3) Asembagus 81 (Asb 81)

Keunggulan/nilai tambah inovasi:
           Jarak kepyar sesuai dikembangkan di daerah beriklim kering. Keunggulan tanaman jarak antara lain mampu menghasilkan biji pada musim kemarau, ketika tanaman lain tidak mampu tumbuh, serta adaptif ditumpangsarikan dengan tanaman lain misalnya wijen, kacang hijau ataupun jagung.
Cara penggunaan inovasi , Pengolahan tanah
Lahan yang akan digunakan untuk penanaman jarak kepyar dibersihkan dari sisa tanaman lama atau gulma. Dalam kondisi basah tanah diolah dengan bajak 2-3 kali secara membujur dan menyilang petakan, kemudian diratakan dan dibuatkan saluran drainase secukupnya. Selanjutnya dilakukan pemasangan air jarak tanam antar barisan sesuai jarak tanam yang digunakan.
Tanam dan Sistem tanam
Waktu tanam dilakukan pada awal musim penghujan agar pada saat memasuki musim kemarau tanaman sudah memiliki ketahanan yang cukup terhadap cekaman kekeringan. Pola tanam yang dianjurkan adalah pola tumpangsari dengan wijen, jagung, kacang tanah maupun kedelai. Jarak tanam jarak kepyar untuk pola tumbangsari adalah 3 - 6 m antar barisan dan 2 m dalam barisan. Pada antar barisan dapat diisi tanaman tumpangsari dengan jarak tanam sesuai masing-masing komoditas. Tanam dilakukan menggunakan tali pelurus yang sudah diberi tanda jarak tanam dalam barisan, benih jarak kepyar ditanam secara ditugal dengan kedalaman 3 cm, tiap lubang diisi 2 – 3 butir. Kebutuhan benih untuk 1 ha berkisar antara 2 – 3 kg.
Pemeliharaan tanaman
Penyulaman dilakukan 10 hari setelah tanam, sedangkan penjarangan dilakukan secara bertahap, pada umur 2 minggu, disisakan 2 tanaman per lubang kemudian pada umur 3 minggu disisakan 1 tanaman terbaik per-lubang. Penyiangan pertama dilakukan setelah tanaman berumur 4 minggu, penyiangan berikutnya pada umur 6-8 minggu tergantung kondisi gulma di lapangan. Setelah selesai penyiangan kedua dilakukan pembumbunan.

Pemupukan
Pemupukan pada jarak kepyar mutlak diperlukan agar produktivitas dan mutu benih dapat maksimal. Jenis dan dosis pupuk yang diberikan sangat tergantung dari tingkat kesuburan tanah, untuk kondisi umum dosis pupuk per ha adalah: 40 – 60 kg N, 20 - 45 kg P2O5 , 15 – 30 kg K2O. Pemupukan dilakukan 2 kali: pemupukan I pada saat tanam atau 2 minggu setelah tanam dengan seluruh dosis P2O5 + K2O + 1/3 dosis N. Pemupukan II pada umur 8 – 9 minggu setelah tanam dengan 2/3 dosis N.
Pengairan
Pengairan diperlukan apabila terjadi kekeringan terutama pada saat tanaman memasuki fase pembuahan.
Panen dan Prosesing Benih
Saat panen yang tepat dilakukan apabila buah sudah mulai mengering. Panen yang dilakukan terlalu awal akan menurunkan kuantitas dan mutu hasil, sebaliknya apabila terlambat berakibat hilangnya produksi karena buah pecah sebelum dipanen. Tingkat kemasakan buah dalam satu malai (tros) tidak bersamaan sehingga sebaiknya panen dilakukan apabila 75% buah dalam tros sudah mengering. Pemanenan dilakukan menggukanan pisau yang tajam untuk memotong tangkai malai dibawah kedudukan buah. Malai buah yang telah dipetik langsung dijemur. Pada saat penjemuran buah dapat pecah dengan sendirinya, buah yang tidak pecah dapat dipukul pelan-pelan sehingga kulit biji tidak pecah, atau dikupas menggunakan alat pemecah buah jarak. Biji dipisahkan dari kulit dan kotoran lain dengan ditampi, selanjutnya dijemur hingga kadar air mencapai 7 – 9 %. Sebelum dipasarkan biji dikemas dalam karung dan disimpan di tempat kering.

Alat pengupas buah jarak sederhana. Untuk memutar roda pengupasnya menggunakan tenaga manusia dengan cara dikayuh seperti sepeda. Kapasitas kerja mesin mencapai 200 kg buah kering/jam, dengan persentase rusak kurang dari 1%.

Rabu, 06 April 2011

Pria Bersenpi Rampok Kepala Gudang PKS

Rabu, 6 April 2011 | 11:42:11
BANDAR MASILAM,sumutcyber- Dua perampok dengan menggunakan senjata api (senpi), berhasil menggasak uang milik Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Prima Sauhur Lestari Kerasaan Rp85 juta, Selasa (5/4) sekira pukul 08.30 WIB.

Uang itu dibawa Kepala Gudang, Tony alias Acin (29), warga  Nagori Kerasaan Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun. Walau tidak ada korban jiwa, namun hampir saja nyawa Acin hilang, saat kejadian karena salah seorang perampok menembak kaca sebelah kanan mobil Rocky yang dikendarai Acin.

Saat kejadian, Acin bermaksud menuju gudang konsumen di Partimbalan  tepatnya di Jalan Lintas Perdagangan–Bandar Tinggi Huta III Nagori Panombean Baru Kecamatan Bandar Masilam.




Diduga , perampok yang berjumlah 2 orang  serta memakai helm corong warna hitam yang wajahnya sama sekali tidak terlihat mengendarai sepeda motor tanpa nomor polisi itu  menyikat uang Acin Rp85 juta serta satu unit HP merek LG  yang berada dalam sebuah tas yang dibawa Acin bersama kedua rekan Budi (31) dan Iwan (29) dari PKS  PT Prima Sauhur Lestari.

Acin mengaku, dari awal dia sudah tahu ada yang membuntutinya. Setelah melewati tikungan simpang tiga Panombean baru dan karena sudah merasa curiga Acin pun kemudian langsung tancap gas sehingga terjadi aksi kejar-kejaran antara mobil yang dikendarai Acin dengan sepeda motor tersebut.

Lalu perampok tersebut menembak kaca mobil Acin hingga pecah. Karena takut Acin menyerahkan tasnya, sementara mobil yang dikendarai Acin masuk ke parit. Diduga, perampok lari ke Kuala Tanjung Kabupaten Batubara.

Muhammad Idris (25), yang ketika itu tengah mengenderai sepeda motor bersama anaknya melintas di jalan itu juga mendapat ancaman agar tidak mendekat, saat perampok itu beraksi.

Kapolres Simalungun AKBP Drs Marzuki MM mengatakan, korban dirampok dengan menggunakan senjata api. Pelaku berhasil  membawa kabur  HP merek LG dan uang Rp85 juta dari tangan Acin. Sejauh ini polisi akan terus melakukan penyelidikan dan mengejar pelaku hingga ketemu.(bim/smg)